pengendalian tata guna lahan yang lemah
ini adalah masalah kekurangsesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan. sebagai contoh guna lahan yang awalnya direncanakan untuk perkantoran berubah menjadi pusat perdagangan dan jasa, kawasan lindung menjadi perumahan... pembangunan pusat-pusat kegiatan seperti ini akan menarik pembangunan pusat kegiatan pendukung seperti rumah makan, bank, pom bensin dan lain sebagainya..pengaturan hierarki ini selain untuk memudahkan pengaturan lalu lintas juga untuk menjaga agar tingkat pelayanan jalan tetap terjaga. persilangan hanya diijinkan untuk jalan dengan kelas atau fungsi yang sama atau setingkat dibawahnya, sebagai contoh jalan arteri hanya boleh bersilangan dengan jalan arteri lagi atau dengan jalan kolektor. dalam kenyataannya pada jalan arteri ditemukan akses langsung menuju pusat kegiatan dengan skala kecil yang tersebar merata sepanjang jalan tersebut...
disiplin pengguna jalan yang rendah..
angkutan umum dan kendaraan pribadi yang berhenti dan parkir di badan jalan untuk mencari penumpang atau belanja di sisi jalan, pejalan kaki yang menyeberang jalan tidak pada tempatnya, tidak dipatuhinya rambu-rambu lalulintas seolah menjadi pemandangan sehari-hari di lingkungan kita.. yang jelas hal tersebut sangat potensial menimbulkan "blocking back effect" (penguncian arus lalulintas yang berdampak pada terhentinya lalulintas di belakangnya) sebagaimana diperlihatkan pada gambar disamping...sebagai sharing, sepengetahuan saya ketiga hal diatas dapat dipandang sebagai masalah menggejala (manifest problem) dan bukan masalah yang sebenarnya (root problem)nya. bisa jadi penyebab tidak terkendalinya tata guna lahan adalah kurangnya kesadaran ketika penetapan kebijakan perencanaan kota, bisa jadi penyebab tidak dipenuhinya hierarki jalan adalah kurangnya perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, bisa jadi penyebab rendahnya disiplin pengguna jalan adalah kurangnya kesadaran pengguna yang sudah terlanjur hidup di dunia yang serba instant dan serba memaksakan kehendak..
ato bisa jadi di negara kita terlalu banyak orang yang memilih profesi sebagai pengamat dan komentator saja tanpa mau melakukan perbaikan (seperti yang penulis blog ini)..... bisa segala macam penyebab.. tapi kita semua berkeyakinan bahwa kita semua menginginkan perbaikan untuk kepentingan bersama.. dan itu bisa kita awali dengan menanamkan kesadaran pada diri kita sendiri terlebih dahulu.... semoga....