mungkin kita merasa heran, kenapa pemuda-pemudi di negara barat bisa berfikiran begitu, sedangkan kita yang hidup di negara terbelakang aja bisa hidup enjoy dan adem ayem aja sekalipun lingkungan kita sering dibumbui kecemburuan sosial, saling menjelek-jelekan, saling sikut, saling tendang... tapi kita jarang yang merasa frustasi khan ? slow aja begitu..... alasannya sederhana dan sebenernya kita udah tau jawaban itu dari dulu, yaitu pencapaian materi tidak pernah menjadi jaminan untuk kebahagiaan seseorang!
mungkin Anda sering mendengar ceritera tentang seorang direktur perusahaan bonafid yang mendapatkan fasilitas serba wah, gaji yang besar, karier yang bagus begitu saja mengundurkan diri karena ia kehilangan kesempatan untuk hidup lebih banyak bersama keluarga... ia tidak dapat memaknai hidupnya sekalipun segala kelebihan ada pada dirinya karena makna hidup yang sebenarnya untuk dirinya adalah ketika ia berada dekat dengan keluarganya...
motif hidup manusia yang menurut Freud hanya sebatas agresi dan sex kini ditentang habis oleh murid-muridnya sendiri. Ia (Freud) yang beranggapan bahwa mencintai tetangga seperti mencintai dirinya sendiri adalah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia sebenarnya sangat bertentangan dengan prinsip hidup manusia yang selalu mencari makna dalam hidupnya.. makna hidup seseorang pada dasarnya adalah ketika ia dicintai, mencintai, bermanfaat buat diri dan lingkungannya, ummat manusia pada dasarnya adalah satu kesatuan yang utuh, melukai hati sesama sama dengan menyakiti dan merugikan diri sendiri dengan atau tanpa disadari... kita semua adalah satu.. all for one, one for all....
sayangnya jarang sekali diantara kita yang mempedulikan arti pentingnya makna hidup kita, bahkan ada seloroh bahwa negara kita saat ini lebih materialistis dari negara-negara barat, kenapa ? mungkin karena pertahanan budaya kita tidak dapat menahan begitu besarnya gelombang pengaruh asing yang datang silih berganti... anak-anak kita kemudian salah belajar, terlalu berkiblat pada budaya barat yang menurutnya adalah orientasi akhir dari segala tujuan hidup para pengikutnya.... dosen saya yang brilian pernah berujar "kalo mau belajar teknologi silakan ke negara barat tapi jika kita ingin mendalami sosial, makna hidup, persaudaraan maka kita tidak perlu pergi kemana-mana"....
kesalahan pandangan membuat kita mengikuti arah yang kurang tepat sedemikian sehingga kita dibingungkan oleh fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sendiri.. saat ini kita dibingungkan oleh semakin banyaknya orang - orang agamis, bergelar haji, rajin ke mesjid, beribadah ke gereja, ke pure, pandai bersilat lidah tapi kenyataannya tingkat kejahatan semakin meningkat, koruspi semakin meraja lela, pelanggaran hak asasi manusia semakin mewabah sampai ke komunitas terkecil yaitu keluarga....
untung saja kemudian ada yang dapat menjelaskan, Danah Zohar dalam buku "kecerdasan spiritual" memberikan gambaran bahwa "tingkat keagamisan" seseorang tidak ada kaitannya dengan kecerdasan spiritualnya, bisa saja orang yang agamis mempuyai tingkat kecerdasan spiritual yang rendah, sebaliknya mereka yang atheis (tidak bertuhan) justeru memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi... dengan begitu mungkin kita tidak heran jika ternyata mereka yang tidak beragama justru lebih jujur, peduli terhadap lingkungan, bertanggung jawab dibanding mereka yang mengklaim sebagai manusia-manusia agamis tapi rajin menyakiti sesamanya... agama atau keyakinan apapun jika diartikan secara dangkal -menurut Zohar- dapat dipandang sebagai dogma yang harus diikuti dengan tidak adanya peluang untuk "membantahnya" (=mengkajinya lebih dalam) sedemikian sehingga para pengikut bisa mengerti makna yang sebenarnya...
Danah Zohar dalam bukunya diatas juga mengakui dengan jujur bahwa saat ini di negara barat telah terjadi krisis pemaknaan hidup.. mereka memang mempunyai kelebihan di bidang teknologi yang berarti tingkat IQ nya tinggi, namun dilihat dari kesadaran diri jelas mereka ketinggalan dibanding negara-negara timur (Asia pada umumnya, termasuk Indonesia?).. jika memang demikian adanya kemudian kenapa kita masih saja mengagung-agungkan faham, budaya, ajaran yang datang dari barat ? kenapa tidak kita pelajari saja kelebihan teknologi mereka dengan tidak menghilangkan budaya sendiri yang jelas lebih maju dan mereka mengakuinya ? just think about it...
penyimpangan perilaku seperti banyaknya orang alim yang melakukan kejahatan (baik kecil2an ataupun besar2an) mungkin bisa kita minimalisir jika kita menyadari makna sebenarnya dalam hidup ini....tiap orang bisa memperoleh makna hidupnya dengan cara yang berbeda-beda yang tentu saja akan sangat bervariasi tergantung kemampuan dan pengaruh lingkungan ketika ia sedang berusaha memaknai sesuatu.... mungkin mudahnya bisa kita analogikan bahwa otak manusia itu ibarat sebuah pintu yang membutuhkan kunci yang tepat untuk membukanya.. dan tentu saja kunci Anda sangat berbeda dengan kunci saya dan kunci tetangga.. tapi jelas bahwa kunci itu ada di sekitar kita, tidak perlu jauh untuk mencarinya karena kunci itu ada pada keyakinan kita sendiri.....
jika saja kita mampu menjawab pertanyaan sendiri, menenangkan gelora kebingungan sendiri, memaknai hidup kita sendiri maka mungkin kita tidak perlu mengalami krisis makna seperti yang tengah terjadi pada tetangga-tetangga kita.... dan siapa tau kehadiran kita memberi inspirasi untuk kedamaian secara keseluruhan.... amiin...:)
(satu tips untuk kita semua : jangan berhenti bertanya kenapa dan bagaimana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar