lagi teringat cerita di suatu daerah di Sulawesi Selatan, disana ada seorang pemuka agama yang tidak pernah kekurangan apapun, semua kebutuhannya terpenuhi,
apapun yang dia inginkan dapat diperoleh. katakan saja ada santri yang tidak punya uang untuk membayar kebutuhan hidup, dia bisa mengambil uang dibalik bajunya padahal sebelumnya tidak ada apapun disana.
sempat ada seorang yang datang ingin berguru kepada beliau, setelah sekian lama belajar, murid ini bertanya bagaimana caranya agar ia dapat melakukan hal-hal yang dapat dilakukan gurunya. ternyata syaratnya susah-susah mudah :
"jangan pernah berbohong"...
saya sendiri tidak secara langsung menemui Sang Kyai, saya mendapatkan cerita ini dari seorang teman dekat sewaktu saya belajar di Makassar. cerita ini untuk saya sangat menarik karena mungkin saja selama ini kita tidak dipercaya sesama, jauh dari rejeki, dan mungkin juga belum dekat dengan Tuhan karena keseringan berbohong. entah dengan alasan berbohong untuk kebaikan atau berbohong agar jangan sampai lawan kita tersinggung jika kita jujur..
saya ingat cerita pewayangan juga yang menggambarkan betapa
kejujuran bisa membuat kita hidup dengan banyak "kelebihan". mungkin anda yang suka nonton wayang tau yang namanya Prabu Yudhistisa ? dia adalah raja kerajaan Pandawa..
karena dia tidak pernah berbohong maka singgasananya tidak menapak ke lantai.
dia tidak pernah menggunakan alasan berbohong untuk kebaikan sesama, menutupi sesuatu, atau mengkamuflasekan sesuatu, dia selalu menyampaikan apapun apa adanya saja. hanya satu peristiwa yang membuat ia harus berbohong yaitu dalam peperangan Bharatayudha. pendita Dhurna yang berpihak kepada Kurawa tidak akan terkalahkan terkecuali dia dalam kondisi frustasi. dan untuk membuat Pendeta Dhurna frustasi adalah dengan mengatakan bahwa puteranya Aswatama telah gugur dalam pertempuran. karena Prabu Yudhistira tidak mau berbohong, maka saudara-saudaranya membunuh seekor gajah yang bernama Aswatama. ketika kematian Aswatama ini disampaikan kepada Pendeta Durna, ia tiak mempercayainya terkecuali yang mengatakannya adalah Prabu Yudhistira yang sepengetahuannya memang tidak pernah berbohong sepanjang hidupnya. maka datanglah Pendera Durna menemui Prabu Yudhistira untuk menanyakan kebenaran berita ini, dan karena didesak oleh saudara-saudaranya termasuk Kreshna maka dengan sangat terpaksa Prabu Yudhistira mengatakan bahwa
"(gajah) Aswatama telah mati". kata gajah diucapkan demikian pelan sehingga Pendeta Dhurna tidak mendengar, yang ia tangkap ditelinganya adalah Aswatama (putera)nya telah mati. dan Pendeta Dhurna pun kemudian dapat dikalahkan dalam pertempuran. yang paling berkesan untuk saya sewaktu menonton kisah itu adalah, setelah kebohongan untuk kebaikannya tersebut, singgasana Prabu Yudhistira jatuh menempel ke tanah! pertanda bahwa dia telah menjadi manusia yang tidak bisa dipercaya lagi...
ga ngerti apa latar belakang cerita seperti itu, mungkin banyak unsur dilebih-lebihkannya namun rasanya bisa menjadi pelajaran untuk kita semua .. kata orang bijak juga
"banyak karya seni tidak lebih dari kebohongan untuk menggambarkan kebenaran/realita". kenapa saat ini tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintahnya rendah, tingkat kepercayaan murid kepada gurunya juga merosot, keyakinan kepada pasangan, bawahan kepada atasan, buruh kepada majikan dan sebaliknya terus dipertanyakan. mungkin alasannya adalah kejujuran saat ini sudah menjadi barang yang amat langka.. jika saja kita tau betapa besarnya dampak positif yang timbul jika kita saling jujur, bukan hanya isteri, anak, teman kantor, atasan akan percaya penuh kepada kita.. bahkan mungkin musuh kita pun akan menaruh respek kepada kita sebagaimana digambarkan dalam cerita kepercayaan Pendeta Dhurna kepada Prabu Yudhistira.....
masalahnya adalah
kita sering takut untuk berkata jujur, takut ditinggalin pasangan, takut tidak dihormati lagi, takut kehilangan pamor dan lain sebagainya, padahal kenyataannya semua kita juga tau bahwa di muka bumi ini tidak ada manusia yang sempurna, kita telah kotor oleh perilaku kita sendiri dan yang lebih mengotori lagi kita menutupi semua itu dengan kebohongan demi kebohongan..
"Kita? elo aja kalee" kata pemirsa protes.... iya dech, iya.. iya Anda semua jujur.. penulis aja yang kerjaannya ngeles mulu.. hiks hiks