selamat datang di blog yang dikhususkan buat teman2 yang interest di bidang transportasi.....

(selaen transport juga gpp c.. sing penting happy! heheh)

Jumat, 25 November 2011

mending sarjana ato lulusan stm ? :)

baru diceritain oleh senior tentang Bob Sadino yang lebih suka mempekerjakan lulusan STM daripada sarjana. katanya, Bob Sadino yang juga seorang pengusaha sukses dan tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi ini pernah mengujicobakan memberi modal kepada dua orang, satu seorang sarjana dan satunya lagi seorang lulusan STM. setelah sekian lama ditunggu ternyata yang sukses adalah anak didiknya yang lulusan STM. kenapa ? mungkin karena yang sarjana ini kebanyakan gengsi! buka bengkel gengsi, kerja kotor-kotoran ga mau, karena terlalu banyak pertimbangan sang sarjana inipun ga melakukan apa-apa, tau sendiri yang namanya manusia sekalipun diam tetap membutuhkan sarana untuk hidup, modal yang dimilikinya yaaa habis begitua aja.. berbeda dengan anak STM, karena dia tidak punya rasa gengsi, maka dia tidak banyak pertimbangan, mungkin mottonya nike "just do it" dipakainya, dia buka bengkel, bekerja sendiri dengan gigih dan pantang menyerah. ketika usahanya semakin besar, dia berubah posisi menjadi pimpinan perusahaan yang membawahi para sarjana.. sekalipun dia bukan seorang berpendidikan tinggi, dia lebih menguasai permasalahan daripada bawahan-bawahannya, dia telah menunjukkan "leadership" dalam artikata yang sebenarnya...



cerita tentang para sarjana yang gagal dalam dunia kerja mungkin tidak berlaku umum karena banyak juga para sarjana yang dibarengi modal besar bisa sukses dengan mempekerjakan pegawai-pegawai profesional, masalahnya adalah karena para sarjana ini hanya menguasai teori tanpa praktek, mereka sangat rentan ditinggalkan atau dibohongi bawahan-bawahan yang suka memanfaatkan keadaan, akibatnya perusahaan mereka pun bekerja dengan cara kerja yang kurang efisien, boros dan kurang disukai pelanggan...

aku sendiri yang merasa terlanjur berkecimpung di dunia pendidikan, iseng memancing respon seniorku tentang jalan hidup yang aku ambil ini.. "berarti saya salah donk mengambil jalur pendidikan? harusnya saya lebih aplikatif gitu".. beliau dengan bijak menjawab: "bukan begitu mengartikannya, untuk mereka yang beruntung mendapatkan pendidikan lebih baik, seharusnya mereka bersyukur, yang harus dihilangkan adalah rasa gengsi berlebihan, keengganan untuk memulai, terlalu banyak pertimbangan, jika mereka yang berpendidikan dapat menghilangkan hal-hal ini tentu saja peluang mereka untuk maju tetap lebih baik"...

beliau juga masih bingung dengan kondisi negara kita, katanya menurut penelitian PBB, kondisi indeks pembangunan manusia kita mash sangat rendah (hanya lebih baik dari Timor Leste), kondisi ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan kita namun setelah dikaji lebih jauh, ternyata lulusan STM kebawah justru terserap lapangan kerja, sebaliknya lulusan universitas (setara sarjana) justeru yang tidak terserap lapangan kerja.. lalu kenapa bukan STM ato sekolah keahlian yang ditambah?? aq menebak-nebak, mungkin memang budaya kita lah yang memandang bahwa sekolah umum (bukan sekolah keahlian) yang lebih diminati masyarakat kita sehingga sekolah umum terus bertambah jumlahnya sekalipun penyerapan lapangan kerjanya terus turun... "yaa itulah kita ini cuman kebanyakan gaya aja, kurang realistis melihat kondisi lingkungan" katanya... yaaa... emang dimana-mana juga gaya nomor satu, brow ! hehehe......................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar