“Pa, Limbad nikah lagi!”gitu kata mamanya anak-anak tadi
sore. Gatau kenapa si mamam ini seneng banget nonton infotainment kayak ibu-ibu
aja, saya yang lagi ngotak-ngatik blekmberi jadi pura-pura kaget, “Öhya? Hebat !
tapi semua kekayaan Limbad senilai 30 Milyar dikasih istri tuanya semua loh, Ma”
getoh respon saya... si Mamam jadi manyun, “ga ngebelain istrinya Limbad, Cuma cerita
aja Paaa..”.. hehe..ya sama lah, saya juga apa urusannya ngebelain Limbad lha
wong dia tau dan mesti faham dengan segala tindakannya, hanya sebagai lelaki
kira-kira saya bisa sedikit “merasakan” apa yang ada di hati seorang Limbad...
itu pun gatau bener ato ga nya..
Ga gitu tertarik sih sama urusan Limbad ato siapapun dengan
keluarganya, kita khan dah ngerti bahwa tiap orang punya urusan dalam negeri masing-masing.
Kita melihat hal-hal seperti itu untuk cermin diri aja, siapa tau kita-kita
orang mengalami masalah serupa. Katanya juga “kesalahan ato musibah yang
terjadi sekalipun tetap akan indah jika terjadinya pada orang lain”...
Saya sendiri emang daridulu suka memperhatikan kenapa ya
banyak keluarga yang keliatan romantis, so mesra tapi nyatanya ibarat ada api
dalam sekam, seperti “sleeping wit and enemy”, banyak wanita ga habis pikir
kenapa suaminya yang keliatan sopan, baik, alim bisa berpaling pada wanita lain
setelah ia memberikan segala yang terbaik yang dapat diberikannya. Mungkin pria
pun tiada berbeda, banyak pria yang dikejutkan di masa tuanya ketika mereka
melihat istri dan ibu dari anak-anaknya mencari kepuasan lain di luar. Apa yang
salah dengan diri mereka selama ini ??
Ga tau menurut Anda yang baca karena kita menjalani
kehidupan yang berbeda dengan cara berikir yang berbeda pula, namun seperti
kata orang “sharing di jalan kebaikan
adalah wajib”dan tentu saja akan banyak manfaatnya sepanjang kita tidak
me-misunderstandingkannya.. Menurut pendapat saya, ada beberapa hal yang
bisa membuat pasangan kita punya peluang untuk berpaling, diantaranya :
1. Tidak (saling) mengenali keinginan pasangan
kita
Setelah sekian lama pasangan suami isteri
hidup bersama, apa kita yakin saling mengetahui keinginan masing-masing? Orang banyak menyederhanakan keinginan antar
gender ini dengan mengatakan bahwa “wanita
menginginkan uang dan pria menginginkan sex” tapi jika kita tanyakan secara
individu maka saya berkeyakinan bahwa keinginan mereka tidak sesederhana itu. Banyak wanita yang menolak menikah dengan
pria kaya dan ganteng kemudian memilih pria yang biasa yang ga punya apa-apa
menunjukkan bahwa bukan semata-mata uanglah yang bisa membuat wanita bahagia. Kebalikannya
jika dikatakan bahwa yang diinginkan pria adalah sex, kenapa banyak kasus pria
yang berpaling dari pasangan wanitanya yang cantik, molek, dan baik hati dan
mengejar cinta wanita yang jelek dan gada orang lain yang mau kecuali dirinya
sendiri?
2. Kurang komunikasi
Mudah
bagi kita untuk berkomunikasi dengan sesama jenis namun akan sangat berbeda
jika kita berbicara dengan lawan jenis, ga peduli lawan jenis ini adalah
makhluk yang udah sering jalan bareng, bobo bareng sampe mandi bareng, tetap
sulit untuk berbicara antar jenis. Kenapa ? karena kita berbicara dengan
bahasa yang berbeda, sebaik apapun nilai pelajaran bahasa di sekolah dulu akan
kurang bermakna dalam hal komunikasi antar jenis jika kita kurang memahami
emosi lawan jenis kita. Pria dan wanita
berbicara dengan “bahasa”yang berbeda karena pandangan, keinginan dan harapan
mereka juga berbeda. Dan siapa
sangka jika seringnya “misunderstanding”ini membuat banyak pasangan enggan
untuk berkomunikasi, mereka malah kemudian lebih nyaman untuk terbuka
kepada teman-temannya masing-masing. Dan dalam kondisi kronis, mungkin tidak
jarang diantara kita yang justru lebih nyaman untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang jelas-jelas bukan peruntukan kita....
3. Tidak mau introspeksi diri
“semut di seberang lautan keliatan, gajah di pelupuk mata ga
keliatan” itu rumus umum yang berlaku bagi kita semua, mudah bagi kita
menyalahkan pasangan kita yang kurang romantis, kurang perhatian, kurang sayang
dan lain sebagainya, namun pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri kenapa
pasangan kita berperilaku seperti itu.. Secara pribadi saya seneng sekali pada
ungkapan “jika rumput di halaman
tetangga lebih hijau dari halaman kita maka mungkin tetangga kita lebih rajin
menyirami rumputnya daripada kita”.
Untuk mengetahui apa keinginan pasangan kita tentu saja kita
harus mendapatkan jawaban langsung dari pasangan kita yang dapat kita peroleh
dengan merangkaikan tindak tanduknya yang kita amati sehari-hari dan ucapan-ucapannya
baik diucapkan dengan jelas ataupun dengan kiasan. Sebagai gambaran umum, tentu
saja semua manusia tanpa membedakan gender menginginkan pasangan yang secara
fisik cantik/ganteng, mapan/kaya, baik hati dan cinta kepadanya. Tapi apa itu
semua adalah ukuran utamanya ? berdasar pengalaman saya dan memperhatika
pengalaman orang-orang disekeliling saya, itu bukan yang utama, sejalan dengan
penambahan usia, yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh kita semua adalah cinta yang tulus, gairah yang lepas dan
perhatian yang berkelanjutan...
Komunikasi bisa
diibaratkan sebagai lem dalam hubungan antar manusia. Jika kita lihat
sejarahnya, yang membedakan kita dengan makhluk lain salah satunya adalah kita
berkomunikasi dengan bahasa-bahasa verbal. Dengan cara komunikasi pula kita
mempererat hubungan yang mulai renggang, menghangatkan hubungan yang dingin,
serta meromantiskan hubungan yang diambang keboringan. Semua bisa dilakukan jika kita benar-benar punya keinginan, tentu saja
kita sama sekali tidak boleh berpura-pura di hadapan pasangan kita karena dia
lah yang paling tau siapa kita, kepada orang lain mungkin kita bisa “berpolitik”,
mengucapkan sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya, tapi di hadapan
pasangan kita sendiri, jangan pernah berlaku seperti itu, realisasikan dengan
segera apa yang telah kita ucapkan, sekiranya kita tidak mampu untuk
mengaplikasikan apa yang kita ucapkan, mungkin lebih baik kita diam saja sambil
terus mengupayakan kebahagiaannya.. pilihan kata, cara penyampaian, pemilihan
waktu yang tepat perlu sangat diperhatikan ketika kita berbicara dengan
pasangan kita. Adalah keliru jika kita memperlakukan relasi-relasi kerja
kita dengan baik namun berbicara dengan kasar ketika kita berbicara dengan
pasangan kita sendiri.....
Pasangan kita adalah cerminan diri dan perlakukan kita
kepadanya. Semakin baik kita kepadanya maka semakin baik pula perlakuannya pada
kita. Memang ada dalam kasus tertentu yang sepihak baik sepihak nakal, dan
mungkin itulah yang dinamakan dengan cobaan hidup. Dalam kondisi seperti ini
ingat selalu bahwa dalam ajaran manapun kita tidak boleh membalas api dengan
api, kejahatan dengan kejahatan, karena jika kita melakukannya maka sebenarnya
kita sama jahatnya. Tetaplah konsisten positif dengan terus mengintrospeksi
diri, memperbaiki kekurangan-kekurangan kita, dan secara kontinyu memberikan
perhatian yang tulus kepadanya, siapa tau pasangan kita yang sedang lupa ini
dapat segera nyadar bahwa apa yang dicari dan diinginkannya dalam hidup
sebenarnya ada di sebelahnya..
----------------------
Tentu saja tidak ada jaminan bahwa jika kita telah melakukan
tiga hal diatas kemudian dengan serta merta rumah tangga kita jadi keluarga
yang sakinah mawadah warokhmah karena pada kenyataannya dunia ini penuh
kejutan, penuh ketidakpastian, banyak orang baik mengalami nasib kurang
beruntung, banyak pula sesama kita yang kita ketahui nakal and tokh hidupnya
hepi-hepi aja. Banya ajaran agama yang “memperbolehkan” pasangan untuk berpisah
jika memang sudah tidak ada titik temu, dalam ajaran Islam bahkan diperbolehkan
bagi pria yang mampu untuk menikahi lebih dari satu wanita dengan catatan harus
adil. Saya bukan ustadz jadi saya kurang
faham kenapa diperbolehkan sampe empat, kenapa ngga lima ato enam gitu.. saya
fikir, mungkin pria-pria yang menikah lagi ini merasa tidak menemukan kepuasan
dari istri pertama maka ia dieri toleransi untuk mencari kepuasan batin dari
yang kedua, ketika tidak puas juga maka boleh yang ketiga dan keempat. Sampai jumlah
ini mungkin lelaki akan kecapean sendiri dan nyadar bahwa ternyata masalahnya
bukan ada di pasangannya tapi pada dirinya sendiri yang enggan untuk
introspeksi diri...
Jika kita tanya ke hati wanita yang paling dalam, rasanya ga
ada wanita yang “rela”dimadu dan untuk itulah katanya mereka dijamin surga jika
bisa mengikhlaskannya. Saya sendiri berfikiran, jika kita dengan suara hati
para lelaki, rasanya sebenarnya mereka sendiri tidak akan tega untuk menduakan
cinta kekasihnya sekalipun mereka juga tidak bisa membohongi hasrat dan
nalurinya sebagai petualang menginginkan arena pertarungan baru... seperti
halnya para wanita, pria juga manusia, mereka hanya ingin dimengerti,
didengarkan, dicintai dengan tulus dan sepenuh hati....
semoga kita mampu memberikan yang terbaik untuk pasangan kita masing-masing dan bahagia menyertai kehidupan kita semua.. amiinnn.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar