Awalnya saya berfikiran penduduk negara maju itu yang
individualis, keliatan dari cara mereka jalan, lempeng-lempeng aja ke depan ga
ngurusin orang lain, apalagi kalo lagi makan, ga akan mau nawarin sebelahnya,
punya roti satu kaleng juga dimamam aja sendiri.. perilaku seperti ini juga
nular ke orang-orang indonesia yang pernah tinggal di luar negeri, mungkin
kebiasaan yang terbawa pulang getoh, bawaannya jadi terkesan cuek dan mikirin
diri sendiri...
Tapi menurut pendapat temen saya –Mr.Didiet T Nurdin yang cerdas dan brilliant-, perilaku seperti itu bukan dinamakan individualis tapi dapat dikatakan tindakan yang sangat menghargai orang lain. Kita ambil contoh saja, di lingkungan kita sering sekali kita mendapat undangan untuk acara-acara sosial yang sebenernya ga penting-penting banget, katakanlah arisan, mancing bersama, pertemuan RT, selametan lahiran, dan lain-lain . Kalo kita ikuti semua undangan yang datang untuk kita, mungkin waktu kita akan habis untuk kesonoh-kemarih, income kita per bulan ga akan ada sisanya, ibu-ibu gakan sempat ngurus keluarga karena kesonoh kemarih acara keluarga, anak-anak juga ga kan sempet belajar kalo ngikut2 orang tuanya yang bolak-balik kayak setrikaan... di negara maju, mungkin penduduknya sudah menyadari bahwa tiap orang punya urusan masing-masing, “its my business not yours !” getoh katanya, jadi kalo mereka mo makan yaa makan aja sendiri, bukan masalah mereka pelit tapi mereka emang menghargai mungkin orang lain yang akan diajak makan sedang punya urusan yang dikerjakan....
Masalah siapa yang individualis dan siapa yang menghargai orang lain, menurut temen saya Mr. DTN yang brilliant tadi, justru kita orang Indonesia lah yang individualis buktinya kalo di jalan ada yang kejambretan, kemalingan, kecelakaan lalulintas, orang lebih cuek, paling-paling ngeliatin doang, kayaknya seneng banget liat orang kesusahan bukannya ngebantuin getoh. Coba bandingkan di negara maju sana, mereka lebih sigap dan cepat tanggap ketika menemukan orang yang kesusahan. Ketika terjadi kecelakaan lalulintas aja, gatau gimana ceritanya tiba-tiba polisi, ambulance, paramedis pada dateng. Di jalan raya ketika ada pejalan kaki yang ngacungin jempol, mesti ada aja yang ngajak ngikut sebagai tumpangan asal arahnya sama. Lha di kita, kita liat ada ibu-ibu kecopetan aja kita pura-pura ga tau.... getoh katanya.... kenapa bisa begonoh yaa?? Hiks.....
Menyikapi hal-hal seperti itu saya keinget “strategi” temen
saya yang lain yang juga sama brilliantnya dengan Mr.DTN, katanya supaya kita
ga dibilang individualis dan tetap menghargai orang lain, maka kita perlu
menetapkan skala prioritas dalam pergaulan keseharian. Beliau dalam kesibukan apapun selalu mengutamakan untuk datang ketika
ada teman atau kerabatnya yang sedang kesusahan katakanlah sakit, ada keluarga
yang meninggal, kesulitan keuangan dan sejenisnya.. sementara ketika ada
acara-acara yang mengandung unsur sekedar senang senang seperti terpilih jadi
kades, pesta pernikahan, sunatan, lahiran, lulus kuliah yaa kalo ada waktu dia
datang kalo ga ada yaa dia ikut mendukung dan mendoakan saja dari kejauhan,
mendoakan khan ga mesti dengan kehadiran di tempat yang sama khan? Lagipula pada
umumnya pada kondisi seneng dan untuk acara hura-hura mah biasanya sih tuan
rumah gakan pernah kekurangan tamu.. sebaliknya dalam kondisi susah, biasanya
jarang sekali yang berkenan untuk hadir....
Hmmm... emang asyik juga punya temen-temen yang cerdas.. ga perlu mikir, kita tinggal aplikasi getoh.. makasih yaa, teman ! hehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar