selamat datang di blog yang dikhususkan buat teman2 yang interest di bidang transportasi.....

(selaen transport juga gpp c.. sing penting happy! heheh)

Minggu, 07 Oktober 2012

Jabatan adalah sebuah tanggung jawab...



Jika kita ingat lagi sejarah kehancuran perekonomian Indonesia dan sebagian negara lain di dunia Tahun 1997, mungkin kita bisa ingat kata Jefrey Winter  (ekonom) bahwa masalah utama yang dihadapi bangsa kita ada tiga : pemimpin yang korup, aturan yang bisa dibeli dan masyarakat yang susah diatur. Dan tentu kita bisa ingat lagi kata Mahatir Muhammad bahwa Malaysia dan Indonesia – sebagai sama2 orang Melayu- mempunyai penyakit yang sama (penyakit hati)..  tentu saja kita bisa menafsirkan statement orang-orang cerdas ini dengan perspektif kita masing-masing dan rasanya sich Anda juga tidak berkeberatan jika saya juga punya pemahaman sendiri...
Sampai detik saya tuliskan ini, saya tidak habis pikir, kenapa masih banyak sekali diantara kita yang menginginkan untuk mendapatkan jabatan/kedudukan terutama di organisasi-organisasi kemasyarakatan / instansi publik. Kita semua tau bahwa mengurus kumpulan orang dengan karakter yang berbeda-beda itu sangat sulit dan akan lebih sulit lagi jika mereka sulit diatur, sakarepe dewek, semaunya sendiri seperti yang diwarningkan oleh Mr. Jefrey diatas... tapi kenapa kita masih menginginkan untuk mengurusi orang-orang yang sangat potensial untuk musingin kita ini??

Apakah memang sudah demikian terpatrinya pada image masyarakat bahwa jabatan/kedudukan adalah sebuah kehormatan/kemuliaan hidup yang pantas untuk diperjuangkan, sehingga banyak sekali diantara kita yang rela mempertaruhkan aset keluarga untuk bersaing dalam pemilihan kepemimpinan, ato ada pula yang rasanya rela kehilangan nuraninya sendiri dengan cara menjilat kesana-kemari untuk sekedar mendapatkan kesempatan untuk menduduki posisi tertentu? Ato mungkin penulis yang terlalu sinis karena nyatanya tidak ada seorangpun baik yang telah menduduki jabatan ato yang sedang mengupayakannya merasa telah berlaku seperti itu... saya sendiri ga yakin, yang saya tau saya sering mendengar banyak orang yang mengatakan seperti yang saya gambarkan sekalipun mereka sendiri di lubuk hatinya yang paling dalam mungkin merasa telah, pernah, ato mungkin saja melakukan hal yang sama...


Banyak orang mengatakan bahwa jabatan adalah kepercayaan, ada pula yang mengatakan sebagai titipan, ada yang mengatakan sebagai sarana untuk ibadah, ada pula yang memandang bahwa jabatan adalah prestasi dan lain sebagainya. Iseng-iseng mari kita bahas perspektif kita ini :

Mereka yang berpandangan bahwa jabatan adalah kepercayaan berpeluang untuk bertindak positif dan negatif tergantung perasaan mereka sendiri. Jika mereka merasa memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas dasar kapabilitasnya maka tentu saja mereka akan bertindak benar, jika mereka merasa memperoleh kepercayaan itu dari pimpinan-pimpinannya maka mereka sangat berpeluang untuk menjadi pejabat-pejabat yang ABS, asal bapak senang, mereka melayani pemimpin-pemimpinnya bukan orang-orang yang dipimpinnya....

Mereka yang berpandangan bahwa jabatan adalah titipan juga punya peluang untuk bertindak positif dan negatif tergantung kualitas dirinya sendiri. Jika ia memang adalah orang yang amanah, maka tentu saja ia akan menjaga titipan yang ada padanya, sebaliknya ia juga bisa memanfaatkan titipannya mumpung ada padanya. Katanya sich manusia adalah makhluk ekonomis sehingga rasanya prosentase kemungkinan kita untuk memanfaatkan akan jauh lebih besar daripada sekedar menjaga titipan...

Mereka yang berpandangan bahwa jabatan adalah sarana untuk ibadah juga berpeluang untuk bertindak positif dan negatif tergantung sudut pandangnya mengenai ibadah itu sendiri. Akan sangat positif jika mereka menginterpretasikan ibadah tersebut sebagai upaya untuk menjalankan apa yang seharusnya dilakukan pada posisinya. Sebaliknya akan menjadi negatif jika ibadah dipandang dalam arti sempit, misalnya untuk menjalankan aturan-aturan agama saja. Katakanlah, jika masih banyak pejabat yang umroh pada waktu negara dalm kondisi perang, maka rasanya mereka telah mengartikan ibadah dalam sudut pandang yang sangat sempit. Rasanya tindakan benar seseorang dapat dinilai sebagai ibadah jika niat, sarana dan prasarana pendukungnya memenuhi syarat untuk itu...  kita akan sangat menyesalkan sumbangan dari hasil korupsi, menunaikan ibadah dari hasil yang tidak jelas sementara masyarakat sedang kesulitan, dan kayaknya sich, itu sangat tidak mendidik....

Mereka yang berpandangan bahwa jabatan adalah prestasi tidak mempunyai nilai positif sedikitpun ! Kenapa? Karena mereka kemudian akan berfikiran bahwa jabatan yang dipegangnya sebagai hak nya.. bayangkan apa yang dilakukan seseorang ketika berfikiran bahwa sesuatu adalah haknya, kita akan menggunakan mobil pribadi kita semau kita sendiri, kapan aja dan kemana saja, rumah kita sendiri pun akan kita pakai semau kit, mau kita tempatin kek, mau disewakan kek, suka-suka kita khan? Kita pula bebas-bebas saja mau menanggalkan prestasi kita sebagai juara tinju kelas berat ato mundur dari boy band bentukkan kita ketika kita lebih suka jadi orang bisa... Lha wong rumah itu, mobil itu, gelar itu adalah hasil jerih payah saya sendiri, hasil saya nabung,hasil saya latihan dan kerja keras, gituh.... fine-fine saja untuk hal-hal seperti itu, tapi apakah tetap kan fine-fine saja ketika kita memperlakukan jabatan sebagai prestasi dan hak kita ? tidak, itu bahkan sangat berbahaya...

Anggap saja bahwa kebanyakan orang yang menginginkan jabatan di negeri kita ini punya niat baik, anggap saja tidak ada orang yang berkeinginan untuk menggunakan jabatan bagi kepentingan pribadi, anggap saja kita semua siap menanggung resiko pusing ngadepin banyak sekali orang-orang yang susah diatur untuk benar-benar memajukan mereka.. Lalu apa yang harus kita lakukan ?
Saya ajak kita semua untuk mengingat kembali John F. Kennedy yang mengisyaratkan bahwa tidak mungkin kita berkembang jika kita memajukan cara berfikir kita, yang pertama kali kita harus ubah adalah cara berfikir kita. yang pertama kali kita lakukan adalah menyeragamkan cara pandang mengenai “definisi”jabatan itu sendiri dan saya akan menawarkan untuk memandang  Jabatan sebagai sebuah tanggung jawab!  Dengan sudut pandang ini, siapapun yang ingin menduduki jabatan akan pertama kali berfikir tentang apa saja yang menjadi tanggung jawabnya, apa saja yang harus dilakukan, dan resiko apa jika mereka tidak mampu menjalankan tanggungjawabnya.. dengan sudut pandang ini, rasanya siapapun yang telah mempunyai jabatan tidak akan minta dilayani, tidak akan ada keinginan untuk dihormati karena nyadar bahwa tanggung jawabnya lebih berat dari orang kebanyakan, seharusnya mereka dikasihani, bayangkan tanggung jawab ini seperti suami yang diminta mengunjungi orangtuanya yang sedang sakit parah sementara isterinya yang menjadi tanggung jawabnya sedang hamil tua dan ketubannya udah pecah..  mereka yang punya tanggung jawab mempunyai peluang yang lebih sempit, waktu yang lebih sedikit untuk sekedar bersantai ria, bandingkan dan rasakan seperti bujangan dan pria/wanita yang sudah berkeluarga...

Demikian sajalah untuk sekedar diketahui, dikarenakan sudah waktu maghrib, lain kali aja disambung lagi.. hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar