selamat datang di blog yang dikhususkan buat teman2 yang interest di bidang transportasi.....

(selaen transport juga gpp c.. sing penting happy! heheh)

Kamis, 04 Oktober 2012

kok nikah lagi ? hehe..



“Pa, Limbad nikah lagi!”gitu kata mamanya anak-anak tadi sore. Gatau kenapa si mamam ini seneng banget nonton infotainment kayak ibu-ibu aja, saya yang lagi ngotak-ngatik blekmberi jadi pura-pura kaget, “Öhya? Hebat ! tapi semua kekayaan Limbad senilai 30 Milyar dikasih istri tuanya semua loh, Ma” getoh respon saya... si Mamam jadi manyun, “ga ngebelain istrinya Limbad, Cuma cerita aja Paaa..”.. hehe..ya sama lah, saya juga apa urusannya ngebelain Limbad lha wong dia tau dan mesti faham dengan segala tindakannya, hanya sebagai lelaki kira-kira saya bisa sedikit “merasakan” apa yang ada di hati seorang Limbad... itu pun gatau bener ato ga nya..

Ga gitu tertarik sih sama urusan Limbad ato siapapun dengan keluarganya, kita khan dah ngerti bahwa tiap orang punya urusan dalam negeri masing-masing. Kita melihat hal-hal seperti itu untuk cermin diri aja, siapa tau kita-kita orang mengalami masalah serupa. Katanya juga “kesalahan ato musibah yang terjadi sekalipun tetap akan indah jika terjadinya pada orang lain”...
Saya sendiri emang daridulu suka memperhatikan kenapa ya banyak keluarga yang keliatan romantis, so mesra tapi nyatanya ibarat ada api dalam sekam, seperti “sleeping wit and enemy”, banyak wanita ga habis pikir kenapa suaminya yang keliatan sopan, baik, alim bisa berpaling pada wanita lain setelah ia memberikan segala yang terbaik yang dapat diberikannya. Mungkin pria pun tiada berbeda, banyak pria yang dikejutkan di masa tuanya ketika mereka melihat istri dan ibu dari anak-anaknya mencari kepuasan lain di luar. Apa yang salah dengan diri mereka selama ini ??

Ga tau menurut Anda yang baca karena kita menjalani kehidupan yang berbeda dengan cara berikir yang berbeda pula, namun seperti kata orang “sharing di jalan kebaikan adalah wajib”dan tentu saja akan banyak manfaatnya sepanjang kita tidak me-misunderstandingkannya.. Menurut pendapat saya, ada beberapa hal yang bisa membuat pasangan kita punya peluang untuk berpaling, diantaranya :

1.       Tidak (saling) mengenali keinginan pasangan kita
Setelah sekian lama pasangan suami isteri hidup bersama, apa kita yakin saling mengetahui keinginan masing-masing?  Orang banyak menyederhanakan keinginan antar gender ini dengan mengatakan bahwa “wanita menginginkan uang dan pria menginginkan sex” tapi jika kita tanyakan secara individu maka saya berkeyakinan bahwa keinginan mereka tidak sesederhana itu. Banyak wanita yang menolak menikah dengan pria kaya dan ganteng kemudian memilih pria yang biasa yang ga punya apa-apa menunjukkan bahwa bukan semata-mata uanglah yang bisa membuat wanita bahagia. Kebalikannya jika dikatakan bahwa yang diinginkan pria adalah sex, kenapa banyak kasus pria yang berpaling dari pasangan wanitanya yang cantik, molek, dan baik hati dan mengejar cinta wanita yang jelek dan gada orang lain yang mau kecuali dirinya sendiri?

2.       Kurang komunikasi
Mudah bagi kita untuk berkomunikasi dengan sesama jenis namun akan sangat berbeda jika kita berbicara dengan lawan jenis, ga peduli lawan jenis ini adalah makhluk yang udah sering jalan bareng, bobo bareng sampe mandi bareng, tetap sulit untuk berbicara antar jenis. Kenapa ? karena kita berbicara dengan bahasa yang berbeda, sebaik apapun nilai pelajaran bahasa di sekolah dulu akan kurang bermakna dalam hal komunikasi antar jenis jika kita kurang memahami emosi lawan jenis kita. Pria dan wanita berbicara dengan “bahasa”yang berbeda karena pandangan, keinginan dan harapan mereka juga berbeda. Dan siapa sangka jika seringnya “misunderstanding”ini membuat banyak pasangan enggan untuk berkomunikasi, mereka malah kemudian lebih nyaman untuk terbuka kepada teman-temannya masing-masing. Dan dalam kondisi kronis, mungkin tidak jarang diantara kita yang justru lebih nyaman untuk berkomunikasi dengan orang lain yang jelas-jelas bukan peruntukan kita....

3.       Tidak mau introspeksi diri
“semut di seberang lautan keliatan, gajah di pelupuk mata ga keliatan” itu rumus umum yang berlaku bagi kita semua, mudah bagi kita menyalahkan pasangan kita yang kurang romantis, kurang perhatian, kurang sayang dan lain sebagainya, namun pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri kenapa pasangan kita berperilaku seperti itu.. Secara pribadi saya seneng sekali pada ungkapan “jika rumput di halaman tetangga lebih hijau dari halaman kita maka mungkin tetangga kita lebih rajin menyirami rumputnya daripada kita”.

Banyaknya pria mapan untuk menikah lagi dan banyaknya kejadian wanita yang diam-diam berpaling dari teman hidupnya, menurut pandangan saya dapat diminimalisir jika kita bisa mengantisipasi tiga hal diatas.
Untuk mengetahui apa keinginan pasangan kita tentu saja kita harus mendapatkan jawaban langsung dari pasangan kita yang dapat kita peroleh dengan merangkaikan tindak tanduknya yang kita amati sehari-hari dan ucapan-ucapannya baik diucapkan dengan jelas ataupun dengan kiasan. Sebagai gambaran umum, tentu saja semua manusia tanpa membedakan gender menginginkan pasangan yang secara fisik cantik/ganteng, mapan/kaya, baik hati dan cinta kepadanya. Tapi apa itu semua adalah ukuran utamanya ? berdasar pengalaman saya dan memperhatika pengalaman orang-orang disekeliling saya, itu bukan yang utama, sejalan dengan penambahan usia, yang dibutuhkan dan diinginkan oleh kita semua adalah cinta yang tulus, gairah yang lepas dan perhatian yang berkelanjutan...
Komunikasi bisa diibaratkan sebagai lem dalam hubungan antar manusia. Jika kita lihat sejarahnya, yang membedakan kita dengan makhluk lain salah satunya adalah kita berkomunikasi dengan bahasa-bahasa verbal. Dengan cara komunikasi pula kita mempererat hubungan yang mulai renggang, menghangatkan hubungan yang dingin, serta meromantiskan hubungan yang diambang keboringan. Semua bisa dilakukan jika kita benar-benar punya keinginan, tentu saja kita sama sekali tidak boleh berpura-pura di hadapan pasangan kita karena dia lah yang paling tau siapa kita, kepada orang lain mungkin kita bisa “berpolitik”, mengucapkan sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya, tapi di hadapan pasangan kita sendiri, jangan pernah berlaku seperti itu, realisasikan dengan segera apa yang telah kita ucapkan, sekiranya kita tidak mampu untuk mengaplikasikan apa yang kita ucapkan, mungkin lebih baik kita diam saja sambil terus mengupayakan kebahagiaannya..  pilihan kata, cara penyampaian, pemilihan waktu yang tepat perlu sangat diperhatikan ketika kita berbicara dengan pasangan kita. Adalah keliru jika kita memperlakukan relasi-relasi kerja kita dengan baik namun berbicara dengan kasar ketika kita berbicara dengan pasangan kita sendiri.....
Pasangan kita adalah cerminan diri dan perlakukan kita kepadanya. Semakin baik kita kepadanya maka semakin baik pula perlakuannya pada kita. Memang ada dalam kasus tertentu yang sepihak baik sepihak nakal, dan mungkin itulah yang dinamakan dengan cobaan hidup. Dalam kondisi seperti ini ingat selalu bahwa dalam ajaran manapun kita tidak boleh membalas api dengan api, kejahatan dengan kejahatan, karena jika kita melakukannya maka sebenarnya kita sama jahatnya. Tetaplah konsisten positif dengan terus mengintrospeksi diri, memperbaiki kekurangan-kekurangan kita, dan secara kontinyu memberikan perhatian yang tulus kepadanya, siapa tau pasangan kita yang sedang lupa ini dapat segera nyadar bahwa apa yang dicari dan diinginkannya dalam hidup sebenarnya ada di sebelahnya..  
----------------------
Tentu saja tidak ada jaminan bahwa jika kita telah melakukan tiga hal diatas kemudian dengan serta merta rumah tangga kita jadi keluarga yang sakinah mawadah warokhmah karena pada kenyataannya dunia ini penuh kejutan, penuh ketidakpastian, banyak orang baik mengalami nasib kurang beruntung, banyak pula sesama kita yang kita ketahui nakal and tokh hidupnya hepi-hepi aja. Banya ajaran agama yang “memperbolehkan” pasangan untuk berpisah jika memang sudah tidak ada titik temu, dalam ajaran Islam bahkan diperbolehkan bagi pria yang mampu untuk menikahi lebih dari satu wanita dengan catatan harus adil. Saya bukan ustadz jadi saya kurang faham kenapa diperbolehkan sampe empat, kenapa ngga lima ato enam gitu.. saya fikir, mungkin pria-pria yang menikah lagi ini merasa tidak menemukan kepuasan dari istri pertama maka ia dieri toleransi untuk mencari kepuasan batin dari yang kedua, ketika tidak puas juga maka boleh yang ketiga dan keempat. Sampai jumlah ini mungkin lelaki akan kecapean sendiri dan nyadar bahwa ternyata masalahnya bukan ada di pasangannya tapi pada dirinya sendiri yang enggan untuk introspeksi diri...
Jika kita tanya ke hati wanita yang paling dalam, rasanya ga ada wanita yang “rela”dimadu dan untuk itulah katanya mereka dijamin surga jika bisa mengikhlaskannya. Saya sendiri berfikiran, jika kita dengan suara hati para lelaki, rasanya sebenarnya mereka sendiri tidak akan tega untuk menduakan cinta kekasihnya sekalipun mereka juga tidak bisa membohongi hasrat dan nalurinya sebagai petualang menginginkan arena pertarungan baru... seperti halnya para wanita, pria juga manusia, mereka hanya ingin dimengerti, didengarkan, dicintai dengan tulus dan sepenuh hati....

semoga kita mampu memberikan yang terbaik untuk pasangan kita masing-masing dan bahagia menyertai kehidupan kita semua.. amiinnn.......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar